Kamis, Januari 15, 2009

Mayang Sebahu

Malam baru merangkak gaduh
Di luar langit hitam-putih tak ada biru
Suara-suara mobil-motor satu-satu menderu
Merasuk hati berdegub seru
:Mayang sebahu paras putih melantun lagu sendu
Merajuk mengurai pandangan sedih mengadu
Tersenyum kelu melihatmu tak jua luluh
Nafas ragu menerjang sungguh


Awan mulai menaburkan gerimisnya
Dingin malam terasa mulai membelai manja
Tepuk tangan merajah wajah yang basah
Berulang sesal asa yang menari-nari di atas kepala
:Tuhan, kenapa Kau biarkan dunia menjadi panglima
Menyeret jasad dalam nafsu amarah
Meninabobokan akal nurani dan hasrat bertemu diri
Ajarkanku mati sebelum mati...

Dalam diri ada kitab suci mengikuti
Sebagai hidayah dan taufik yang dianggap sepi
Melantunkan indahnya surga abadi
Mengelegarkan rajaman neraka siksa pedih
:Tuhan, materi begitu di depan mata
Bijak berakata Ilmu tanpa amal tiadalah guna
Tapi ego berdebat hebat mengutip sepenggal petuah ulama
Rezeki dunia nikmatilah ;jangan disia-sia...

Malam makin tinggi mengharap berjumpa cahaya bulan bintang
Tertatih mencari jalan dalam gelap terbentang
Bisakah Kau pinjamkan (lagi) lilinMu
Untuk menitih shirat kembali padaMu
Sebelum ruh, nafs dan jasad berpisah menemui hisabMu...

Mayang sebahu menerawang ke langit-langit mushola
Menutup mahkotanya dengan mukena
Tatapannya berhenti di tengah mimbar bertulis "Allah"
Seluruh pori-pori tubuhnya terbuka pasrah
Bersyahadat tersendat menahan gumpalan hebat dalam dadanya
Meleleh genangan air dalam kelopak matanya...

Tidak ada komentar: